Monthly Archives: Januari 2013

Serial 3 Apa Kata Cinta Totalitas Cinta Untukmu

13542169191906903994Maukah kita berfikir, sebenarnya apa  atau siapa yang dicintai orang begitu mendalam.  Ada yang sampai mengorbankan setiap apa yang dimiliki untuk mendapatkan apa yang diingini. Maka keinginanya itu mengantarkanya pada apa yang ia idamkan. Sampai ia akan berfikir, inikah cinta itu? Berkatalah ia, “Setelah semua yang aku korbankan, inikah wujudnya, yang sangat aku idam-idamkan..? ”

Adakalanya idaman hati itu begitu mendominasi hari-hari si penggemar. Hati-hatinya terpatri menyukainya, mengharap-harap kedatanganya di setiap saat ia masih ingat dengan pertemuan dengannya sang idaman. Seakan memuja-muja, bibirnya tak henti-hentinya berdzikir menyanyikan irama iringan  rancangan skenario indah dalam angan-angannya.

Perasaan berbunga-bunga hanya seumur jagung. Seakan tidak ada cinta yang abadi, wanginya bunga mudah tergantikan dengan bunga yang lain. Kapan dihadapkan pada pilihan, hatinya akan cenderung pada yang lebih. Sederhananya orang akan memilih yang lebih bahagia daripada yang bahagia.

Betapa cinta abadi itu sangat sulit digambarkan. Dari mana mengukur totalitas pada segmen yang bernama cinta?  Tergambar dalam salah satu episode akhir perjalanan hidup Rasulullah SAW, menjelang ajalnya terungkap cinta tiada tara dari beliau yang sangat mulia yang merindukan pertemuan dengan  kita, umatnya yang begitu rendah.

Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap seakan tidak ingin melewatkan sebuah  peristiwa besar.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku”.

Ikhwatifillah, saudaraku seiman, hingga akhir hayat beliau, ingatan tentang kitalah yang mendominasi beliau. Renungkan ikhwatifillah, pantaskah kita bersanding dengan Rasulullah melihat amal-amal kita, sementara beliau begitu merindukan kita. Pernahkah kita merindukan pertemuan dengannya? Padahal kita tahu tidak ada tempat yang lebih indah selain tempat dimana kita bisa bercengkerama dengan keluarga Rasulullah, bersama nikmatnya ukhuwah dengan kaum muslimin.

Serial 2 Apa Kata Cinta, Cinta itu menghampirimu berkelanjutan

loveHari ini sudah berbuat kebaikan apa ya.. tadi pagi sebelum subuh aku sudah nyemplungin kotak amal di masjid, terus shalat subuh jamaah di masjid, terus dzikir, lanjut tilawah, terus membantu ibu memasak, terus tadi berangkat ke kampus bantuin orang nyeberang jalan, sampe kampus shalat dhuha, abis itu,,, abis itu,,,, apa lagi ya.. kok lupa aku.. (lagi sibuk ngitungin amal, hehehe kaya bang Majid di salah satu tayangan TV yang sibuk mencatat sedekahnya).

Pernah tidak saudaraku melakukan hal semacam ini? Lebih sensasional kalau kita berani menyebutkan keburukan-keburukan yang kita lakukan dari bangun tidur sampai bangun lagi. So.. mana yang lebih banyak.  Kebiasaan orang banyak mengingat-ingat kebaikannya sendiri dan cepat melupakan keburukanya walaupun sebenarnya terbayang-bayang.

Nah, pernahkan kita menghitung detail nikmat-nikmat Allah barang satu jam terakhir saja?  Karunia dua bola mata ini saja katakanlah ada yang mau menukar dengan dunia seisinya, tidak akan mengira ada yang mau. Kesadaran manusia akan setiap karunia yang ia dapati akhirnya menentukan seberapa besar ia akan berterimakasih pada Tuhannya.

Manusia hanya dituntut untuk bersyukur saja. Itu sudah diberikan kecukupan oleh Allah, bahkan diapresiasi dengan sekian banyak bonus. Kita tidak diminta membeli karunia-Nya, bahkan menghitung saja tidak mampu kita. Toh seandainya kita mampu menghitung, lantas mau membeli dengan apa nikmat-nikmat itu?

Bayangan kita barangkali, nikmat hanyalah uang, makanan dan harta mewah. Padahal kondisi sehat yang Allah beri dan waktu luang pun nikmat. Bahkan untuk sehat jika kita bayar butuh biaya yang teramat mahal. Namun demikianlah nikmat yang satu ini sering kita lalaikan.

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Sayangnya, kebanyakan manusia itu kolot, mengukur nikmat dengan kesenangan-kesenangan dzohir, yang nampak saja. Belum dibilang nikmat kalau belum bisa melakukan ini itu. Maka tidak pernah terpuaskan nafsu manusia itu.

Dari sebuah artikel dalam situs Muslim.Or.Id‘, Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa nikmat itu ada 3 macam.

Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.

Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.

Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.

Ibnul Qoyyim menceritakan bahwa ada seorang Arab menemui Amirul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” Ar Rosyid terkagum-kagum dengan ucapan orang ini. Lantas beliau berkata, “Sungguh bagus pembagian nikmat menurutmu tadi.” (Al Fawa’id, Ibnul Qayyim, terbitan, Darul ‘Aqidah, hal. 165-166).

Jika kita mengamati pemulung yang sedang memunguti sampah di jalanan, jarang kita dapati mereka terlihat gelisah. Terkadang ada yang asyik bercanda pula saat bersama dengan yang lain. Kita cermati anak-anak jalanan di pinggiran kota, bahkan di bawah kolom jembatan. Kita masih mendapati mereka riang bermain mengabaikan hiruk pikuk dunia kota yang tidak jelas memberikan keadilan. Tidak banyak yang mereka miliki tapi mereka mempunyai Tuhan yang mempunyai banyak hal. Kalahkah kita dengan syukur ala pinggiran kota ini?

Di suatu malam Hasan al-Bashri membaca firman Allah SWT:

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl [16] : 18).

Dan beliau terus mengulang-ulang membacanya hingga masuk waktu pagi.

Kemudian beliau ditanya terkait hal tersebut. Beliau menjawab: “Sungguh padanya ada tempat mengambil pelajaran, sebab kemanapun kami mengarahkan pandangan mata, pasti ia mengenai sebuah nikmat. Dan kami tidak mengetahui nikmat-nikmat Allah yang jumlahnya jauh lebih banyak dari yang telah kita ketahui.”

Cinta identik dengan memberi, maka betapa setiap nikmat Allah itu pemberian yang maha agung. Inilah rahmat, kasih sayang Allah pada hamba-Nya yang beriman dan bersyukur. Bahkan manusia yang tidak pernah bersyukur sekalipun diberikan keadilan. Mereka yang bersungguh-sungguh dalam usahanya tetap Allah berikan balasan sekedarnya. Bagi mereka yang beriman, karunia-Nya mengalir terus tanpa batas. Setiap kali hamba bersyukur semakin bertambah besar bonusnya, bertambah terus bagaikan tabungan yang berbunga berlipat-lipat.  Katakanlah tak kita dapati sebagian besar di dunia, pastinya Allah janjikan Doorprize di surga-Nya. Semakin orang menyadari nikmat dari Tuhannya, semakin ia merasa kecil di hadapan-Nya, semakin ia bersujud syukur kepada-Nya, semakin besar lagi nikmat itu didatangkan lagi padanya.

Bukankah cinta itu senantiasa menghampirimu berkelanjutan..?

Son dc terinspirasi/12/01/2013

Serial 1 Apa Kata Cinta, Kenapa Ia Tumbuh

lilin-cinta

Pernahlah kita dalam satu episode perjalanan hidup memberikan perhatian yang barangkali sangat dan lebih dari yang lain. Saat pandangan kita tertuju pada sosok yang indah itu rasanya ada teste lain yang menjadi warna dan menyetir pola pikirnya. Dan memang tidak bisa dipungkiri ketertarikan yang amat kuat akan mengambil sebagian besar dari perhatian hingga termotivasi untuk mencapainya, ingin memilikinya. Kalau cinta yang berbicara tak akan habis cara, kalau cinta sudah melekat tai kucing rasa coklat.

Aduhai barang bagus pasti disayang, saat  hilang bukan kepalang, sudah usang masuk keranjang. Manusiawi dan setiap hari ada barang baru, setiap hari beralih-alih kesukaanya. Tapi tidak pada yang amat disayang, rasanya amat sayang ke lain hati. Hehehe lebay bro..

Memang manusia mempunyai fitrah, sifat dasar. Mendambakan hal-hal yang indah adalah keinginan semua orang. Yang membedakan hanya persepsinya akan keindahan pada sesuatu yang subjektif. Kecantikan rupa dan keindahan bentuk adalah  objektif. Saya tidak percaya kalau ada yang mengatakan Krisdahyanti itu tidak cantik parasnya, kalau  dudo herlino itu orang pasti menyebutnya tampan wajahnya. Yang menjadikan subjektif adalah jika kemudian orang ditanya Lady Gaga itu cantik atau tidak, maka jawabanya beragam. Fans akan mengatakan cantik atas tampilan fisiknya, tapi tetangga mengatakan amat buruk atas dasar perilakunya. Pada aspek yang lebih menyeluruh orang akan berfikir objektif

Baik, cinta muncul bukan tak diundang pulang tak diantar, bahwa dibalik peraaan cinta pasti ada sebabnya. Aku mencintaimu apa adanya itu ungkapan takut kehilangan. Melihat apa adanya dia yang begitu cantik maka kawatir kalau kehilangan. Maka yang sesungguhnya adalah aku mencintaimu karena kamu terlihat begitu cantik adanya.  Cantik menjadi syarat keberadaan cintanya, maka ketika cantiknya tidak ada, cintanya juga tidak ada. Suka makan buah salak, tak kan sampai ditelan kalau hilang manisnya, mengunyak saja sudah sepat rasanya.

Atas dasar sebab yang hanya berjangka waktu, cinta tidak pernah menjanjikan keabadian. Janjinya sehidup semati tak sampai terpisahkan lahat, esok sudah tertarik yang lain. Begitu mudahnya perasaan orang berubah kecuali atas komitmen mendalam atas sebuah hal yang berharga dalam hidupnya.

Siapa tidak tersentuh dengan kisah Ainun dan Habibie dalam rangkuman kisah romantisnya. Benar-benar menjadi contoh kisah keluarga yang hangat dengan cinta. Dalam sebuah tulisan di website kompasiana.com singkat bercerita romantis.

Tayangan “Mata Najwa” yang mengundang seorang orang yang luar biasa, orang yang begitu pintar dan brilian, orang yang sangat mencintai keluarganya, sangat mencintai istrinya dan menorehkan jasa luar biasa pada negeri tercinta. Siapa lagi kalau mantan Presiden RI, B.J. Habibie. Sebuah tema yang sangat menarik yaitu “Separuh Jiwaku Pergi” menorehkan kesan mendalam dalam hatiku.

Dengan dipandu oleh seorang pembawa acara yang cerdas, kritis, menarik menggulirkan dialog dinamis yang menggali semua informasi tentang kehidupan seorang B.J. Habibie. Seorang sosok yang pintar sejak sekolah di bangku sekolah dasar, kisah romantisnya bersama Ibu Ainun sejak pertama berjumpa sesaat kepulangan B.J. Habibie dari Jerman sampai Ibu Ainun berpulang ke Rahmatullah. Ibu Ainun sangat mencintai Pak Habibie begitu pun sebaliknya Pak Habibie pun sangat mencintai Ibu Ainun. Saat terakhir kehidupan Ibu Ainun di rumah sakit Jerman, Ibu Ainun masih memperhatikan Pak Habibie. Ketika Pak Habibie menanyakan apa yang kau takutkan, operasi? Bu Ainun menggeleng karena di mulutnya terpasang selang jadi menjawab dengan isyarat. Lalu apa yang kau takutkan, aku? Bu Ainun mengangguk. Takut aku lupa makan dan minum obat? Bu Ainun pun mengangguk kembali. Saat hidup di Jerman, Bu Ainun berperan sebagai tenaga operasional, mulai menyetir mengantar Bapak, Ilham dan Thoriq, memasak, mengurus semua pekerjaan rumah dilakukan sendiri. Walau Bu Ainun bergelar serang dokter namun beliau lebih mendedikasikan kehidupannya untuk melayani suami dan keluarganya.

Pak Habibie sangat kehilangan sosok yang ia cintai dan ia sayangi selama 48 tahun 10 hari. Setelah kepergian Ibu, Bapak serasa melihat Ibu ada di setiap sudut matanya. Ibu terlihat dimana-mana. Bapak seperti orang yang linglung, karena selama kehidupannya tidak ada satu tempat pun tanpa kehadiran Ibu. Bapak merasa separuh jiwanya telah pergi bersama kepergian Ibu. Dengan deraian air mata Pak Habibie menguraikan betapa ia sangat sedih saat Ibu pergi selamanya karena Bapak tidak pernah membayangkan akan mengalami kesedihan mendalam ketika hidup sendiri tanpa senyum manis, tubuh, sentuhan dan kasih sayang Bu Ainun. Seorang pemimpin keluarga teladan bagi istri dan anak-anaknya. Mencintai dan memberi kasih sayang yang hangat terhadap keluarga, mulai dari awal pernikahan Ibu dan Bapak membangun keluarga sakinah yang dipupuk dengan landasan rasa memiliki, bekerjasama dan saling melengkapi dengan suri tauladan yang harmonis.

Peran Bu Ainun begitu kental dalam keseharian Pak Habibie dalam menjalani rutinitasnya sebagai seorang yang sangat sibuk. Saat Bapak harus mengerjakan laporan sampai larut malam, Ibu menemani Bapak dengan membaca Al Quran minimal 1 juz per hari. Di saat Bapak memberikan laporan pertanggungjawaban di hadapan MPR, DPR saat menjabat Presden RI, Ibu memberikan kertas yang berisi cuplikan ayat-ayat AlQuran dan Ibu mengiringi dengan doa di rumah. Pak Habibie menemani Bu Ainun selama menjalani perawatan dan penyembuhan di rumah sakit tanpa sehari pun meninggalkan Ibu. Shalat pun dilakukan dengan berjamaah, Bapak menjadi imam dengan membisikan bacaan di telinga Ibu.

Secuplik kisah yang begitu menginspirasi pasangan muda (mohon maaf, yang saya maksud suami-istri dalam rumah tangga baru, bukan pasangan dalam bentuk lain). Contoh dimana cinta Ainun dan Habibie tak lekang oleh waktu sampai keriput menjalar di kulit. Atas dasar apa perasaan keduanya terjaga. Maka kita akan memperhatikan bahwa cinta Ainun dan Habibie bukan semata dibangun atas dasar perasaan suka sama suka diwaktu muda, juga bukan terlena hidup glamor maupun gila popularitas, tapi kita menyaksikan sebuah kesadaran yang mendalam bahwa keduanya sangat memahami apa yang harus dibangun dalam keluarganya yaitu cinta.

Cintanya bersemi dalam keluarga karenanya ia tidak rusak. Karena sudah dipagari oleh keyakinan mereka bahwa inilah amanah yang harus dijaga. Memandang kewajiban sebagai suami istri yang akan membangun sebuah keluarga sebagai wujud syukur atas takdir yang Allah SWT tetapkan atas mereka. Jika keberadaan cinta itu ada sebabnya, lantaran sebab yang abadi cintanya juga akan abadi. Maka cinta pasangan ini selalu segar dengan siraman syukur pada yang Maha memberi.

Apa kata cinta, “kenapa ia tumbuh?”

Sebagaimana biji, ia tumbuh saat di tanam. Akan terus tumbuh menjulang dan menjadi rindang saat disiram, akan bermekaran bunga indah saat dirawat, pada waktunya nanti ia akan berbuah dan menjatuhkan biji-bijian baru yang akan tumbuh pula. Tanamlah biji anda di tanah yang baik, maka sirami dengan teratur dan rawatlah.

Son dc terinspirasi/09/01/2013

Ketika yang memimpin berbuat kemusyrikan

Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka. ( QS. Al Mu’min 40:82 )

312422_514433155255434_1283766320_n

Gambar ini dinukil dari Sebuah jejaring Islamedia ,jazakumullah khoir banyak memberikan inspirasi.

Ada-ada saja tingkah para pemimpin negeri ini. Melihat banyak kejadian lucu yang tersaji di media akan polah tingkah pemimpin negeri ini membuat kita geli tapi juga miris. Adakah negeri ini akan menemukan kemakmuranya? Setelah kisruh di rapat  DPR, dualisme PSSI dan KPSI, begitu banyak lagi kejadian lusu di negeri ini, baru-baru ini dua kejadian yang tidak lama berselang, masih ada saja pemipin sekelas walikota bahkan menteri berbuat bodoh dengan mencari keberkahan dari siraman kembang. Sungguh tragis, orang berkelas yang banyak dijadikan panutan mayarakat justru malah memberikan contoh perilaku yang menyesatkan.

“Pada hari ketika wajah mereka dibolak-balikkan di dalam neraka, mereka berkata: sekiranya kami mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan yang benar. Ya Tuhan kami, timpakan kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (Al-Ahzab: 66-68)

Pers rilis REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  Ahad 6 Januari 2012 menyatakan Upaya menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, meruwat mobil listrik Ferrari Tucuxi miliknya. Setelah prosesi ruwatan, mobil senilai Rp 1,5 miliar itu menabrak tebing di Magetan  saat dikendarai dari Sol. Alhasil, mobil yang sudah dicuci denga air kembang dari empat penjuru mata angin itu malah ringsek. “Saya tidak tahu ruwatan itu apa. Tapi, tidak perlu mobil diruwat,” imbaunya.

Sebelumnya, Dahlan membuat sensasi aneh dengan menggelar upacara klenik. Dalam rilis yang diterima Republika, Sabtu (5/1), mobil listrik Tucuxi akan diruwat di Solo dalam sebuah upacara mandi kembang yang dilakukan dalang terkenal Ki Manteb Sudarsono. ”

Acara Muruwat Kolo itu dilakukan agar Mobil Tucuxi terhindar dari Segala bahaya, bala dan fitnah dari manapun,” kata keterangan itu. “Upacara Muruwat Kolo tersebut akan diadakan tepat pada pukul 13:11 WIB. Karena, menurut hitungan Tahun Soko, itu saat yg paling tepat untuk upacara Murwat Kolo.”

Hal yang sama dilakukan Jokowi saat masih berstatus sebagai Walikota Solo belum lama ini. Mobil ESEMKA karya anak negeri diuwat dengan dimandikan kembang menjelang uji emisi. Alhasil ESEMKA yang banyak dibanggakan itu gagal lolos uji emisi.

Negeri ini cukup tergambarkan carut marutnya dari gambaran pemimpinya. Kalau yang melakukan ruwatan itu adalah warga kampung pedalaman yang masih belum banyak mengenal peradaban barangkali akan menjadi sesuatu yang wajar. Tapi ini sudah keterlaluan, yang melakukan ruwatan walinya perkotaan, menterinya BUMN,  bahkan anak TPA saja tahu itu perbuatan musyrik dan dilaknati Allah. Kesombongan apa yang melatari mereka begitu yakin akan selamat dari azab Allah.

Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka. ( QS. Al Mu’min 40:82 )

Setidaknya ada dua kemungkinan yang melatar belakangi tingkah polah tak lazim ini. Yang pertama bisa jadi ia memang tidak faham dengan yang mereka lakukan itu adalah pelanggaran besar dalam agama ini. Itu mengindikasikan mereka bukan muslim yang baik karena belum banyak perhatianya pada agama yang menjadi keyakinanya. Atau kemungkinan kedua bahwa sesungguhnya mereka tahu bahwa itu salah, tapi lebih menonjolka kepentingan sensasi dan popularitas kemudian mereka berani melanggar . keduanya alasan yang cukup berbeda dan keduanya adalah jahiliyah.

Berkenaan dengan ini Syekh Utsaimin rahimahullah memberikan  penjelasan tentang kisah-kisah umat terdahulu. Beliau mengatakan Sesungguhnya dalam menyikapi kisah-kisah tersebut dan semisalnya manusia terbagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama mereka yg mengetahui dan mengenal Allah beserta tanda-tanda kekuasaan-Nya yg terjadi kemudian mereka mengambil pelajaran dari kejadian yg dialami orang-orang yg telah lalu hingga mereka kembali kepada Allah takut sangat takut apabila mereka tertimpa apa yg telah menimpa orang-orang terdahulu. Allah berfirman ‘Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yg sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang non muslim akan menerima seperti itu.’ .

Adapun kelompok kedua kelompok yg jahil dan tidak mengenal Allah hati mereka kosong dari keimanan dan keras karena kedurhakaan mereka. Mereka berkata ‘Sesungguhnya kejadian-kejadian itu adalah alamiah’. Sehingga mereka tidak memperhatikannya dan tidak melihat akibat yg datang dari Allah yaitu akibat bagi orang-orang yg mendustakan Allah dan para rasul-Nya. Kita memohon kepada Allah dengan ayat-ayatnya dan dengan asma’-asma ‘ dan sifat-sifat-Nya agar menjadikan kita sebagai orang yg mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya dan takut akan ancaman dan siksa-Nya. Dan semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita sesungguhnya Dia Maha Pemberi.

Sungguh kita menyaksikan betapa jaman ini menyuguhkan akidah diperjualbelikan. Yang terbaik bagi kita adalah menyelamatkan akidah yang saat ini kita pegang. Maka akan muncul pertanyaan, sejak kapan sebenarnya kita ini menjadi orang Islam? Maka jawabanya bukan dengan melihat identitas kita di KTP, coba kita mengukur dari kapan kita mengucapkan syahadat itu dengan penuh kesadaran. Karena itu rukun pertama untuk berislam. Bahwa syahadat adalah ikrar kita, sumpah kita dan janji kita dengan sepenuh hati kita yakini, kita ucapkan dan kita buktikan dengan amal. Bahwa kita berikrar, bersumpah dan berjanji hanya kepada Allah kita mengabdi, menyembah dan meminta. Bahwa Rasulullah SAW adalah figur yang menjadi percontohan kita, yang hanya dengan mencontoh beliau kita akan sampai pada muara untuk berteu dengan Allah, dzat yang paling dirindukan oleh seorang hamba.

Wallahua’lam, mari kita jadikan setiap kejadian yang kita saksikan sebagai pelajaran berharga. Semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba yang senantiasa diberikan ketetapan hati.

Agar tetap diteguhkan hati, ingatlah sebuah do’a yang selalu dibaca oleh Nabi. Amalkan do’a tersebut untuk memohon keteguhan dan keistiqomahan dalam menjalani ajaran Islam. Doa yang paling sering dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Son dc terinspirasi/7/1/2013

Hati-hati Suul Khatimah

 timthumb.php

Yang terbayang oleh kebanyakan orang ketika mengingat kematian adalah ketakutan dan kegelisahan, maka yang tidak pernah gelisah memikirkan bagaimana kematianya, bisa jadi dialah yang termasuk dalam sisa-sia kepedihan.

Tulisan ini menjadi tadzkiroh/pengingat terutama untuk diri saya sendiri dan berbagi dengan segenap saudara yang membacanya.

Pada kenyataanya memang tidak banyak orang yang begitu sering memikirkan keadaanya sendiri di akhir kehidupan. Justru banyak orang-orang yang barangkali merasakan keamanan dan kenyamanan hingga berlomba-lomba menumpuk harta kekayaan untuk kebutuhan keturunanya. Ya, kalau mau berpikir logis, apa yang dipikirkan orang sekaya Carlos Slim Helu tentang hartanya. Tiga kali menempati posisi puncak di daftar ini berturut-turut dari tahun 2010, Kekayaan pebisnis telekomunikasi asal Meksiko ini mencapai US$ 69 miliar.

Bagi orang yang berpikiran terlalu ekstrim kanan, bisa jadi ia akan berpikir tidak ada gunanya menumpuk-numpuk harta jika hanya ditinggal mati. Tapi perlu kita ingat dan tahu, golongan sahabat yang paling mulia, Abu Bakr as Sidq, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, mereka adalah orang-orang dengan jumlah kekayaan yang luar biasa. Bagi orang-orang yang berpikir ekstrim ke kiri bisa jadi berbicara, memangnya siapa yang menjamin makan malammu besuk dengan kekayaan yang sekarang, terus saja kumpulkan kekayaan nanti bisa membeli ferrari, rumah mewah, biar keturunan kita juga kaya nanti. Dua pemikiran yang sangat bebeda jauh tapi keduanya keterlaluan. Dan memang, yang terbaik adalah yang pertengahan. Menjadi kaya harta, juga kaya dalam beramal.

Well, tapi bukan itu yang menjadi fokus pembicaraan. Ada satu hal menarik dimana dalam kondisi orang merasa ideal dalam amal-amalnya yang luar biasa, tapi habis berkesudahan tragis. berbicara tentang kasus di atas, betapa banyak hartawan, konglomerat yang juga rajin sekali bersedekah, investasi amalnya luar biasa, hingga diapun merasa sangat yakin sekali begitu dekat dengan surga. Berbicara kekayaan bukan hanya harta benda. Seorang yang dipanggil orang dengan sebutan ustadz, kyai, sesepuh, pada hakekatnya mereka adalah orang yang kaya. Kaya dengan ilmu, di jaman sekarang juga banyak pula yang kaya bayaranya (mohon maaf, bukan mengkritik, Insyaallah kekayaan di tangan ustadz lebih menjajikan keberkahan).

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud radiallahu’anhu, beliau berkata: Kami diberitahu oleh Rasulullah dan beliau adalah orang yang jujur lagi terpercaya – Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya telah disempurnakan penciptaan salah seorang dari kalian dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus kepadanya malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya, lalu malaikat tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara; untuk menulis rizkinya, ajalnya dan amalannya dan nasibnya (setelah mati) apakah dia celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia. Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya satu hasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga dia memasukinya. Dan salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli neraka, hingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya sehasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga hingga dia memasukinya. (HR Bukhari dan Muslim. Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Bid’ul Khalqi/3208/Fath]. Muslim di dalam [Al Qadar/2463/Abdul Baqi]).

Seusai menjelaskan proses kejadian manusia, Rasulullah SAW menjelaskan perihal takdir manusia. Dijelaskan dalam hadits ini, “Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya satu hasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga dia memasukinya. Dan salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli neraka, hingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya sehasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga hingga dia memasukinya.”

Barangkali ada diantara kita yang akan bertanya-tanya, bagaimana bisa, seorang yang digambarkan jaraknya dengan surga hanya tinggal sekian centimeter saja, hanya karena ketentuan Allah kemudian ia berbuat keburukan lalu menghilangkan tabungan amalnya yang luar biasa ia tumpuk-tumpuk sebelumnya. Bagaimana bisa, seorang yang bahkan seumur hidupnya dihabiskan untuk maksiat, hanya karena ketentuan Allah ia dimasukan ke surga. Apakah Allah tidak adil? (hehe, ini pertanyaan paling ekstrem dan bodoh barangkali).

“Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi (seseorang) walaupun sebesar zarrah, dan jika ada satu kebajikan, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (Q.S An Nisa : 40)

Tidak mungkin Allah menyia-nyiakan amal seorang hamba yang dibangun bertahun-tahun, kecuali memang ada sebab yang mendasar. Sebagaimana sebuah bangunan, tidak mungkin tugu Monas yang di jakarta itu tiba-tiba saja runtuh hanya karena diambil replika api emas yang ada di puncaknya saja. Atau tidak mungkin pula patung liberti akan runtuh hanya karena dihancurkan obornya saja. Kalau rusak iya, tapi tidak sampai hancur kan? Pasti ada sebab yang sangat besar hingga bisa meruntuhkan bangunan yang amat kokoh itu.

Syaikh Ibnu Rajab Al Hambali, Seorang ahli fiqih abad 8 H/14 M, yang banyak menulis kitab yang berkualitas tinggi dan penuh analisa. Beliau menyatakan, jika ada seseorang yang beramal baik secara terus-menerus tapi berkesudahan buruk sebagaimana dalam hadits diatas, ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah bahwa ia masih memelihara hati yang busuk. Atau kemungkinan yang kedua bahwa ia berbuat kemaksiatan dengan terembunyi sehingga orang tidak pernah mengetahuinya. Dalam kemungkinan yang kedua ini seseorang beramal dengan amalan surga dalam hal-hal yang nampak di hadapan manusia, akan tetapi pada hakekatnya ia memiliki maksud yang busuk dan niatan yang rusak. Lalu niatan yang rusak itu mendominasi dirinya, sehingga ia meninggal dalam keadaan su’ul khatimah (kesudahan yang jelek). Kita berlindung kepada Allah dari hal itu. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan sabda beliau:”Hingga jarak antara dia dan surga hanya sejengkal”, yakni kedekatan ajalnya, bukan kedekatannya pada surga dengan amalannya.

Syaikh `Utsaimin rahimahullah , seorang ulama sunah di abad ini menjelaskan maksud hadits ini, “Amalan ahli surga yang dia amalkan hanya sebatas dalam pandangan manusia, padahal amalan ahli surga yang sebenarnya menurut Allah, belumlah ia amalkan. Jadi yang dimaksud dengan `tidak ada jarak antara dirinya dengan surga melainkan hanya sehasta` adalah begitu dekatnya ia dengan akhir ajalnya.”

Sedangkan maksud hadits, “Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka,” artinya, kemudian orang tersebut meninggalkan ( kebiasaan ) amalan ahli surga yang sebelumnya dia amalkan. Hal itu disebabkan adanya sesuatu yang merasuk ke dalam hatinya yang menjerumuskan orang tersebut ke dalam neraka.

Hal ini perlu diperjelas agar tidak ada prasangka buruk terhadap Allah ta`ala. Karena seorang hamba yang melaksanakan amalan ahli surga dan ia melakukannya dengan jujur dan penuh keikhlasan, maka Allah tidak akan menelantarkannya. Allah pasti memuliakan orang-orang yang beribadah kepada-Nya. Namun bencana dalam hati bukan merupakan suatu perkara yang mustahil, bisa muncul dalam diri siapa saja yang tidak teguh pendirianya. Semoga Allah melindungi kita dari hal ini .

Contoh kisah untuk memperjelas hadits ini yang terjadi di zaman nabi shalallahu `alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:

Ada seorang sahabat Rasulullah shalallahu`alaihi wa sallam yang bersama beliau dalam suatu peperangan. Sahabat ini tidak pernah melewatkan kesempatan untuk membunuh lawan melainkan ia pasti melakukannya, sehingga orang-orang merasa takjub melihat keberaniannya dan mereka berkata, “Dialah yang beruntung dalam peperangan ini.” Lalu Nabi shalallahu `alaihi wa sallam bersabda, “Dia termasuk ahli Neraka.”

Pernyataan Rasulullah ini menjadi perkara besar bagi para sahabat radhiallahu `anhum dan membuat mereka bertanya-tanya keheranan. Maka seseorang diantara mereka berkata, “Aku akan mengikutinya kemanapun dia pergi.”

Kemudian orang yang pemberani ini terkena panah musuh hingga ia berkeluh kesah. Dalam keadaan itu ia mencabut pedangnya, kemudian ujung pedangnya ia letakkan pada dadanya, sedangkan genggaman pedangnya ia letakkan di tanah, lalu ia menyungkurkan dirinya (ke arah depan), hingga pedang tersebut menembus punggungnya (alias ia bunuh diri). Na`udzu billah.

Orang yang mengikutinya tadi datang menghadap Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam dan mengabarkan apa yang terjadi seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”

“Kenapa engkau katakan itu?” sabda Rasulullah.

Ia berkata, “Sesungguhnya orang yang engkau katakan tentangnya dia termasuk ahli neraka, telah melakukan suatu tindakan (bunuh diri, ed.).” Maka setelah itu Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya orang itu telah beramal dengan amalan ahli surga pada pandangan manusia, padahal sebenarnya ia penduduk neraka.” (HR. Bukhari (no.2898) dan Muslim (no.112))

Kisah lain adalah seorang sahabat yang bernama al-Ushairim dari kabilah `Abdul Asyhal dari kalangan Anshar. Dahulu ia dikenal sebagai penghalang sekaligus musuh dakwah Islam. Tatkala para sahabat pergi ke perang Uhud, Allah memberikan ilham kepadanya berupa iman, lalu ia ikut berjihad dan berakhir dengan mati syahid. Setelah perang selesai, orang-orang mencari para korban dan mendapatkan Ushairin dalam keadaan terluka.

Para sahabat bertanya, “Wahai Ushairin, apa yang menndorongmu berbuat seperti ini, apakah untuk membela kaummu ataukah kecintaanmu terhadap Islam?”

Ia menjawab, “Bahkan karena kecintaanku terhadap Islam.”

Sebelum wafatnya, ia meminta untuk disampaikan salamnya kepada Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam.

Maka, meskipun dulunya Ushairin ini buruk dan suka mendzalimi kaum muslimin, namun karena hatinya yang baik, Allah jadikan dia orang yang mati di medan jihad.

Wallahu a’lam, semoga kita termasuk ke dalam hamba-hamba-Nya yang senantiasa meluruskan niat dan ikhlas dalam beramal, semoga Allah mematikan kita dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin

Son dc/06/01/2013

Referensi : abatasa.com,  syababpetarukan.wordpress.com